Pengintip

Saturday, November 26, 2011

Collective Soul - Shine Lyrics


Give me a word
Give me a sign
Show me where to look
Tell me what will I find
What will I find

Lay me on the ground
Fly me in the sky
Show me where to look
Tell me what will I find
What will I find

Yeah, yeah, yeah

Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down

Love is in the water
Love is in the air
Show me where to look
Tell me will love be there
Love be there

Teach me how to speak
Teach me how to share
Teach me where to go
Tell me will love be there
Love be there

Yeah, yeah, yeah

Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down

[instrumental break]

Give me a word
Give me a sign
Show me where to look
Tell me what will I find
What will I find

Lay me on the ground
Fly me in the sky
Show me where to look
Tell me what will I find
What will I find

Yeah, yeah, yeah

Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down
Woah, heaven let your light shine down

I'm gonna let it shine
I'm gonna let it shine
Heaven's little light gonna shine on me
Ah, hey yeah, hey yeah
Heaven's little light gonna shine on me, come on
(Shine) Shine on me, yeah
(Shine) Come on and shine


COLLECTIVE SOUL - Shine cover by T.R.I



ini ada lagi yang keren dari T.R.I
- Tri yuniharto ( cajon ,drum )
- Rio dewanto ( vocal , guitar )
- Irwan latu ( guitar )

awalnya sih heboh gitu di twitter apalagi di kalangan fansnya kak @Riodewantoo terus ya denger-denger gitu di Youtube ya udah deh posting aja.
Udh ah nonton aja sendiri ya :)

Surat Perpisahan Dari Kenangan

Aku terjaga dari tidurku. Sesuatu yang sejak tadi memenuhi otakku, kini harus segera kutulis. Surat. Aku bisa saja mengungkapkan semua ini padamu namun apa yang terjadi sore tadi? Aku dan kamu justru menghabiskan waktu dalam diam. Malam ini sebuah ide untuk menuliskanmu surat terlintas begitu saja. Aku tahu mungkin kini zaman sudah semakin canggih, ada e-mail yang sanggup membantu. Namun entah aku lebih memilih untuk menulisnya di dalam sebuah kertas, surat. Aku bangkit dari tempat tidurku dan bergegas ke meja belajar di sudut ruangan.
***
 Hai. Awalnya aku bingung menuliskannya. Biasanya setiap aku menulis surat untuk seseorang, aku selalu bertanya "Apa kabar" namun kali ini aku tidak mungkin menanyakannya padamu. Bukankah kita baru saja bertemu? Cukup "Hai" saja yang sederhana.
Apakah setelah kamu membaca surat ini nanti kamu akan tetap menemaniku menunggu senja? Ya, walau di tempat yang berbeda? Jangan jawab sekarang, jawab saja ketika aku menanyakannya lagi.
Apa kamu ingat ketika kamu bertanya padaku, "Mengapa kamu mengagumi senja?" Hari itu aku dan kamu berdebat lama dan aku belum bisa menjelaskannya padamu. Senja itu bukan saja kukagumi namun kini telah menjadi bagian dari hidupku. Ya, sepotong senja itu adalah filosofi hidupku. Senja memiliki waktu yang singkat sama seperti kehidupan. Keindahan yang diberikan oleh senja adalah sebuah kenangan yang tidak akan pernah terhapus. Malam itu kamu juga bertanya, "Mengapa kamu tidak suka saja pada malam? Waktunya lebih lama dan ia lebih indah" Terlalu glamour, kataku waktu itu. Senja itu sederhana. Sesederhana kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. Seharusnya hari itu aku melihat ekspresi wajahmu yang tidak puas dengan jawabanku namun aku terlalu sibuk mengabadikan potret senja.
Kamu ingat ketika aku dan kamu mengunjungi perpustakaan kota? Aku dan kamu langsung berpisah begitu melewati pintu masuk. Aku menuju rak-rak dimana buku-buku sastra tertata apik dengan baunya yang sangat khas. Sedangkan kamu menuju rak buku-buku teknik. Perbedaan, pikirku.
Aku selalu berusaha keras seolah-olah aku dan kamu ini tidak berbeda. Aku mencoba menuliskan puisi-puisi dengan kosakata teknik, seperti kalkulus, trigonometri, dan semua-semuanya. Namun aku lagi-lagi harus membuang kertas-kertas itu ke dalam tempat sampah di bawah meja belajarku. Mereka tidak indah, aku tidak pernah mampu memahami setiap detail katanya, tidak pernah cocok untuk puisi. Seperti itulah aku dan kamu sebenarnya, tidak pernah ada kecocokan.Aku dan kamu tidak akan pernah menjadi kita.
Kamu pernah mengomentari buku-buku sastra yang menggunung di pojokan ruang keluargaku. Katamu aku sudah seperti penjual buku-buku bekas. Seharusnya waktu itu aku memberi tahumu bahwa ditumpukan buku-buku sastra itu ada satu buku teknik yang sengaja kubeli agar aku semakin mengenalmu. Agar ketika aku dan kamu mengobrol waktu tidak habis begitu cepat hanya karena aku dan kamu saling diam. Namun kamu tahu apa yang terjadi pada buku itu? Mengapa ia ada di tumpukan buku-buku itu? Saat aku membaca halaman pertamanya aku langsung merasa jenuh, bosan, dan menganggap buku itu tidak ada artinya. Ah, mengapa justru harus berbeda untuk dapat saling melengkapi?
Aku bingung harus menulis apa lagi. Aku tidak ingin ceritaku justru membuatmu sedih karena esok kita akan berpisah. Penerbangan pertama esok hari akan membawaku jauh, beribu mil jauhnya darimu. Aku ingin meninggalkan segala kenangan yang menyenangkan. 
Cita-cita.... Katamu dewasa adalah ketika seseorang mengetahui tentang kelanjutan hidupnya, ia harus bisa memilih sendiri keputusan akhir yang akan ia ambil untuk masa depannya. Setelah seseorang melewati proses panjang remaja, seragam putih abu-abu dan segala ingar bingar kehidupannya. 
Bertahun-tahun yang lalu aku dan kamu bertemu di gerbang sebuah bangunan bercat putih. Kamu mengenakan seragam SMPmu begitu juga aku. Kamu nampak sangat rapi tapi tidak dengan aku. Itu bukan awal aku jatuh cinta padamu. Semua berjalan begitu cepat rupanya hingga aku tidak menyadari hari, waktu, tanggal dan dimana pertama kali aku jatuh cinta padamu.
Apakah baru saja aku menuliskan bahwa aku jatuh cinta padamu? Salah memang jika aku mengungkapkannya sekarang dan melalui sebuah surat pula. Sekali lagi aku harus menekankan bahwa aku dan kamu akan terus saling diam jika sedang bersama. Aku merasa ada jeda di antara kebersamaan kita. Jeda yang semakin lama semakin membuat waktu yang ada lebih cepat habis.
Jangan berhenti membaca surat ini walau kamu sudah tahu perasaanku, kumohon. Aku tidak memintamu untuk menjadi kekasihku sekarang, karena aku tahu kamu tidak pernah percaya pada jarak. Jarak secara harfiah. Kamu tidak percaya bahwa jarak akan menjaga cinta dengan baik. Kamu pun tidak percaya bahwa cinta bisa melaksanakan tugasnaya untuk mempersatukan jarak. Aku sudah terlalu tahu mengenai itu.
Sekarang mungkin sudah saatnya aku bertanya lagi apakah kamu akan tetap menemaniku menunggu senja walau di tempat yang berbeda? Jawab saja, tak usah pikirkan perasaanku. 
Aku baru saja melongokkan kepalaku keluar jendela. Langit malam ini nampak lebih glamour dari biasanya. Entahlah, mungkin aku tidak terbiasa melihat kemewahan seperti yang malam berikan?
Harapanku hanya satu, esok pagi kamu akan menyusulku ke bandara, menyuruhku untuk tetap tinggal. Kamu berjanji akan menjagaku atau kamu akan memintaku menunggu disana seperti kamu akan menungguku disini. Ya, ya aku memang terlalu banyak membaca novel.
Esok pagi aku akan benar-benar pergi menuju tujuan selanjutnya. Cita-cita adalah tujuanku. Jauh dari tempatmu sekarang, besok dan seterusnya. Aku berjanji akan kembali sebelum tahun keempat itu pun kalau kamu ingin melihatku lagi. Sebenarnya ada satu keinginan dariku, aku ingin dapat menuju cita-cita yang sama denganmu. Namun inilah perbedaan, ia tidak pernah mau untuk dipaksa. Tinggal enam jam lagi aku akan menuju bandara. Aku mohon untuk kali ini kamu jangan diam. Aku mohon ucapkan saja selamat jalan karena pada akhirnya jalanku akan kembali lagi padamu.
Salamku, Kenangan 

***
Aku melipat kertas surat yang sudah selesai kutulis dengan sangat hati-hati. Lalu menyelipkannya ke dalam sebuah buku yang ada di atas meja. Aku beranjak dari tempat duduk, lalu terlelap.




Thursday, November 17, 2011

Melepas Senja

Dia adalah senja, tigatahun yang lalu...
Senja terindah yang terabadikan. Senja kenangan tak terlupakan. Tiga tahun lalu senja itu menghangatkan. Senja tak akan pernah tergantikan.
Senja, dua tahun lalu...
Apa yang terjadi pada senja? Ia hanya hadir sesekali di pelupuk mata. Hanya tersenyum tak mampu berkata. Senja telah pergi begitu saja.
Senja kembali, setahun lalu...
Senja kini telah kembali!! Aku berpekik dalam hati. Senja mungkin akan pergi lagi namun takkan kubiarkan kali ini. Aku sesumbar sesuka hati. Hingga tak sadar yang akan terjadi.
Melepas senja, hari ini...
Aku terjaga dari lamunku. Senja tak kunjung datang padaku. "Lima menit lagi", pinta hatiku. Namun senja tak jua menyapaku. Kilat dan petir kini berterak ke arahku. "Lupakan!! Dia tak akan pernah datang untukmu" Tak kuhiraukan, kemudian langit mengejekku. Gelapnya mengalahkan senjaku. Akhirnya, hujanlah yang menghantamku. 
Senja, maaf kuharus melepasmu...


ini saya tulis ketika saya sedang menunggu hujan reda di parkiran sekolah dan "dia" berdiri tak jauh dari saya :)

Tuesday, November 8, 2011

Untuk Senjaku

Senja, sebelum hari ini kita pernah dipisahkan oleh jarak. Saya berada jauh pada jarak ribuan kilometer. Terpisah oleh budaya kita, kehidupan kita dan adat istiadat yang ada. Bukankah kamu juga mengingatnya, Senja? Sebelum hari ini saya tidak pernah mengenal kamu dan kamu tidak mengenal saya.
Saya berada disini saat ini namun keadaan masih sama jauhnya. Apakah kamu tahu, Senja bahwa saya dan kamu seperti terhalang oleh tembok yang sangatlah besar dan kokoh? Jadi salahkah saya jika esok hari kita akan terpisah lagi? Salahkah saya jika saya membiarkan ribuan kilometer itu bekerja lebih giat membangun tembok pembatas yang lebih besar lagi?

Senja, saya selalu berpikir bahwa jarak yang tercipta esok hari akan mampu membuatmu merasakan rindu. Senja tak usah kamu mengatakannya karena saya sudah terlebih dahulu tahu bahwa saya tidak berpikir secara rasional. Mana mungkin kamu menginginkan saya yang jauh sedangkan ketika saya berada dekat dan mampu dengan mudah dijangkau oleh tanganmu saja kamu tidak ingin.




~ Saya dedikasikan untuk seorang Senja yang saya rindukan ~

Kurasa

Entah mengapa kurasa tak menentu
Terbayang wajahmu di pelupuk mataku
Hingga tersentuh rasa indah di dalam kalbu
Aku pun tak tahu mengapa kurasakan merindu
Ingin aku mencurahkan namun kurasa kaku
Mampukan kau mengerti isi hatiku
Dalam diam kumencintaimu
Berharap kau paham akan perasaanku
Yang hingga kini terpendam dalam hatiku

Saturday, November 5, 2011

this is my classmate (Vesoree) 1st performance



Vesoree - I Have a Dream (Angklung Version)

please watch it and leave your comment. thanks :)