Pengintip

Tuesday, December 20, 2011

Duet Si Hobby Menulis


Beberapa hari yang lalu saya mendapat sms dari teman saya yang bernama Irene Ayu, teman saya yang gemar menulis sama seperti saya. Ia mengirimi saya sebuah puisi yang diberi judul Cinta Itu Buta. Kemudian iseng-iseng saya membalas dengan sebuah cerita fiksi yang kemudian disambung oleh Ayu. Saking keasikan ngarang fiksi, saya dan Ayu pun terus balas-balasan sampai jempol pegel. Ini hasil dari tulisan kami. Silahkan dibaca. 

Cinta Itu Buta
Beginikah rasanya cinta yang membuatku gila?
Seisi dunia merasakan keindahannya
Orang bilang cinta itu buta, surga untukku
Aku telah jatuh cinta kepada dirimu
Orang bilang cinta itu buta, surga untukku
Sungguh, kuingin hidup teruntuk cinta
Irene Ayu 

Aku tidak pernah mau menunggu untuk dipertemukan dengan cinta. Karena itu aku selalu mencarinya. Bahkan sampai ke negeri seberang. Aku menapak gelap panas hujan dan berbagai keadaan dalam sendiriku. Pernahkah aku mengeluh? Ya, sesekali. Namun aku terus melangkah hingga aku kembali pada pangkuan ibuku. Disana aku justru menemukan cinta itu, tak jauh dari gubuk ibuku. Jika saja dulu aku menyerah dan memutuskan untuk menetap entah di negeri mana. Mungkin hari ini aku tidak akan menemukannya. Tapi lihatlah, sekembalinya aku dari perjalananan aku menemukan cinta dan mengerti bahwa cinta ada dimana saja. Kadang tak disadari.
Dewi Lilianne


Bertahun-tahun sudah diriku dan dirimu tidak bersama. Sudah begitu lama tak pernah bertemu. Dirimu dan diriku sudah berbeda. Tak seperti dulu lagi saat masih bersama. Udara malam tadi masih memenuhi embun pagi ini. Sudah. Jangan tangisi keadaan yang lalu. Sudah beberapa masa aku jalani hidup ini hingga tenagaku tak sampai. Di tempat ini beberapa tahun yang lalu. Ada cerita yang terajut dengan indah. Kadang-kadang dirimu masih membayangi mimpiku.
Coba lihat di atas sana! Ada cahaya bulan di sela-sela dedaunan. Dan cahaya bintang malam yang tinggal sedikit nampaknya. Sekarang aku dan kamu terjerat rindu ini hanya di dalam mimpi.
Irene Ayu


Benarkah malam memberimu panorama seindah itu? Kurasa ia terlalu egois jika hanya kamu yang diberinya keindahan itu. Setiap aku menatapnya yang kulihat selalu keangkuhan. Lihat bulan itu! Malam memamerkan permaisuri cantiknya. Bintang-bintang itu! Malam memamerkan semua selir-selirnya. Ia tidak melihat bahwa disini aku jauh darimu. Ia tak tahu betapa aku juga ingin memamerkan dirimu padanya namun disinilah aku sendiri. Tanpa kamu.
Dewi Lilianne

Aku tak yakin dengan perkataanmu. Entah mengapa, malam, bintang dan bulan serta udara sejuk ini memberikan kesan tersendiri akan dirimu. Mungkin karena pernah kita lewati malam berdua. Aku tak tahu apa yang ada di pikiranku. Hanya keangkuhanmu yang selalu menghantuiku saat ini. Andai kau tahu.
           Memang ingin kutunjukan pada dunia! Bahwa pernah kujadi orang terdekatmu. Tapi semua kini semu. Hanya bayang dan cerita masa lalu. Kau hantuiku dengan keburukanmu sekarang. Dan andai kau tahu, kuingin semuanya kembali. 
Irene Ayu

Kau hanya tak pernah melihatku. Jika saja sejenak kau tinggalkan malam. kau pasti akan menemukanku. Pada senjalah aku menitipkan rindu itu. Ia terus-menerus memanggilmu namun tak sedikit pun kau hiraukan ia. Suaranya tak menggema seperti malam karena ia begitu bersahaja. Cintaku padamu sungguh sederhana, sama seperti sederhananya perpaduan warna senja. Cintaku tak pernah menuntut. Karena aku tahu ini kisah cinta anak manusia bukanlah pengadilan. Maukah kau menutup pintumu untuk malam?
Dewi Lilianne


Aku berusaha… Aku sabar… Aku tegar… Jika memang kau akhirnya denganku, mengapa senja yang kau pilih jadi kuncimu? Kunci untuk meraih arti dirimu sejati. Berulang kali kubunuh waktu, menutup kenyataan akan dirimu. Tapi apa daya? Hanya tempat ini, hanya benda ini dan hanya hati ini saksi bisu perjalanan. Kuingin buta akan dirimu, buta akan kenangan lalu. Tapi hatiku selalu berbisik, kamu untukku. Kumohon… Jangan hantuiku lagi, jikalau dirimu benci mengenalku. Karena sesungguhnya itu teramatlah sakit kupikul. Kututup malam ini sebabmu. 
Irene Ayu


Mengapa kamu tegar? Mengapa kau bersabar? Apakah aku yang memintamu? Maaf jika aku selalu menghantuimu namun bukan itu yang kumau. Aku tidak pernah ingin membuatmu menunggu. Aku juga tak ingin kau sedih. Yang kuingin hanya lupakan aku secepat kau mengenalku. Simpan saja ceritanya dalam puisi.
Dengar, aku titipkan seluruh curahan hatiku pada senja karena ia adalah teman yang baik. Ia tak pernah mengeluh. Ia menerima ketika waktunya lebih singkat dari malam dan pagi. Waktunya sesingkat hidupku. Ia diam ketika ia tak miliki wanita secantik dirimu. Aku beruntung bersahabat dengan senja. Kenali saja dia, cinta.
Dewi Lilianne


Aku akan selalu disini menantimu. Memulai bersahabat dengan mentari. Kubuka tangan untuk menggapaimu, kubuka hati untuk mencintaimu dan kubuka pikiran untuk mendengar bisikmu. Mudahnya ucapanmu semudah kubalikkan telapak ini. Tak mudah kuhapus semuanya. Tak mudah kudustai perkenalan kita. Kusimpan dengan cinta tepat hanya di hati ini. Untung tak bisa kuraih, malang berlari mendekatiku. Mungkin itulah cerita senjaku saat ini. aku benci keangkuhanmu dan aku bangga walau hanya bisa menjadi bagian masa lalumu. 
Irene Ayu

Aku tak pernah inginkan perpisahan sama denganmu. Tak inginkan juga perkenalan kita. Jika aku boleh meminta, aku ingin lahir dari rahim yang lain. Kau boleh saja sebutku angkuh, aku takkan marah. Karena justru itulah yang kuinginkan. Lebih baik kau melupakanku dari pada harus kulihat kau menangis untukku. Berteman saja dengan mentari karena esok ia yang akan menemanimu. Hidupku sesingkat senja dan aku tahu mentari akan terus menemanimu.
Dewi Lilianne


Aku tak bisa menjadi kuat. Aku tak bisa menjadi pohon tegak. Aku tak bisa hidup sendiri. aku sama seperti dirimu atau yang lainnya. Tak ingin apapun jika pada akhirnya akan berlanjut dalam kepedihan. Aku tahu, aku paham. Ada pertemuan jika ada perpisahan. Tak akan kusesali semua ini. Mengenalmu adalah sesuatu yang indah bagiku. Tapi aku tahu dirimu mungkin terjerat dalam rasa bersalah. Kesalahan telah mengenal sosok diriku. Kan kutanyakan pada sahabat baruku, Mentari! Dialah yang mengetahui apa yang ada pada dirimu sesungguhnya. 
Irene Ayu


Seperti apa sosok mentari? Ia kah yang selama ini kau suruh mengikutiku? Aku hanya tak ingin kau terluka ketika pada akhirnya kau tahu rasa bersalahku lebih besar bentuknya dari pada sebuah hati. Benarkah ada cinta itu padamu? Bolehkah kuminta kau lupakan saja? Tak usah kau ingat rindu yang kutitipkan pada senja, mungkin malam sudah merenggutnya. Tak usah pula kau tanyakan pada mentari karena jawabannya akan menyakitkan.
Dewi Lilianne


Kau buat rapuh ketika jiwaku kembali bangkit. Kau buat kenyataan pahit detik ini juga. Satu jam tak sampai kuberjalan bersama mentari. Kupelajari arti dirimu yang jujur. Tapi kembali kau buat lagi malam menghipnotisku seketika. Kau rubah mimpi indahku menjadi lebih dari sekedar mimpi buruk. Aku tahu maksud dirimu. Kau inginkan ku enyah dari kebahagiaanmu sekarang. kuturuti inginmu demi kulihat senyum lebar berhias di wajahmu. Kembali kujmput malam, itu sebabmu.
Irene Ayu


Kau selalu saja menyalahkanku. Tak bisakah kau lihat semua sisinya? Aku mencintaimu sekaligus tak inginkanmu. Di tempat lain di suga sana, kita akan bersama. Aku berjanji. Kau harus percaya hanya kaulah satu-satunya gadis terelok. Kaulah yang menaklukan segumpal darah dalam diriku. Kaulah itu, namun apa daya ku tak mampu, aku tak pernah inginkanmu.
Dewi Lilianne




Lama ini kujalani sepiku sendiri. Bertahun-tahu aku dihahtui baying-bayang akan dirimu. Aku benci harus membencimu. Tapi kini harus kulakukan itu. Kau berbeda dari tahun-tahun lalu. mendadak kau sesakkan hati ini atas tingkah dan perkataanmu. Hatimu sudah tertutup atas kabut keangkuhan serta keegoisan. Cintaku hilang. Cintaku musnah. Seandainya terulang kembali saat pertemuan kita. Indahnya keramahanmu, meluluhkan hatiku. Kutahu, aku memang harus tinggalkan hatimu.
Irene Ayu


Maaf jika pada akhirnya kamu yang terluka. Satu yang perlu kau tahu aku tak berharap cinta itu ada namun ia tumbuh sebegitu cepatnya. Aku tak inginkan dirimu tapi aku mencintaimu. Untuk itu jadilah saja sahabatku agar aku mampu terus menjagamu.
Dewi Lilianne


Kamilah si Hobby menulis itu. Kamilah yang terus belajar menulis fiksi.

Dewi Lilianne dan Irene Ayu

No comments:

Post a Comment