Beberapa
hari yang lalu saya mendapat sms dari teman saya yang bernama Irene Ayu, teman saya yang gemar menulis sama seperti saya. Ia
mengirimi saya sebuah puisi yang diberi judul Cinta Itu Buta. Kemudian
iseng-iseng saya membalas dengan sebuah cerita fiksi yang kemudian disambung
oleh Ayu. Saking keasikan ngarang fiksi, saya dan Ayu pun terus balas-balasan
sampai jempol pegel. Ini hasil dari tulisan kami. Silahkan dibaca.
Cinta
Itu Buta
Beginikah rasanya cinta yang membuatku gila?
Seisi dunia merasakan keindahannya
Orang bilang cinta itu buta, surga untukku
Aku telah jatuh cinta kepada dirimu
Orang bilang cinta itu buta, surga untukku
Sungguh, kuingin hidup teruntuk cinta
Irene Ayu
Aku tidak pernah mau menunggu untuk
dipertemukan dengan cinta. Karena itu aku selalu mencarinya. Bahkan sampai ke
negeri seberang. Aku menapak gelap panas hujan dan berbagai keadaan dalam
sendiriku. Pernahkah aku mengeluh? Ya, sesekali. Namun aku terus melangkah
hingga aku kembali pada pangkuan ibuku. Disana aku justru menemukan cinta itu,
tak jauh dari gubuk ibuku. Jika saja dulu aku menyerah dan memutuskan untuk
menetap entah di negeri mana. Mungkin hari ini aku tidak akan menemukannya.
Tapi lihatlah, sekembalinya aku dari perjalananan aku menemukan cinta dan
mengerti bahwa cinta ada dimana saja. Kadang tak disadari.
Dewi Lilianne
Bertahun-tahun sudah
diriku dan dirimu tidak bersama. Sudah begitu lama tak pernah bertemu. Dirimu
dan diriku sudah berbeda. Tak seperti dulu lagi saat masih bersama. Udara malam
tadi masih memenuhi embun pagi ini. Sudah. Jangan tangisi keadaan yang lalu.
Sudah beberapa masa aku jalani hidup ini hingga tenagaku tak sampai. Di tempat
ini beberapa tahun yang lalu. Ada cerita yang terajut dengan indah. Kadang-kadang
dirimu masih membayangi mimpiku.
Coba lihat di atas sana!
Ada cahaya bulan di sela-sela dedaunan. Dan cahaya bintang malam yang tinggal
sedikit nampaknya. Sekarang aku dan kamu terjerat rindu ini hanya di dalam
mimpi.
Irene Ayu
Benarkah malam memberimu panorama seindah
itu? Kurasa ia terlalu egois jika hanya kamu yang diberinya keindahan itu.
Setiap aku menatapnya yang kulihat selalu keangkuhan. Lihat bulan itu! Malam
memamerkan permaisuri cantiknya. Bintang-bintang itu! Malam memamerkan semua
selir-selirnya. Ia tidak melihat bahwa disini aku jauh darimu. Ia tak tahu
betapa aku juga ingin memamerkan dirimu padanya namun disinilah aku sendiri.
Tanpa kamu.
Dewi Lilianne
Aku tak
yakin dengan perkataanmu. Entah mengapa, malam, bintang dan bulan serta udara
sejuk ini memberikan kesan tersendiri akan dirimu. Mungkin karena pernah kita
lewati malam berdua. Aku tak tahu apa yang ada di pikiranku. Hanya keangkuhanmu
yang selalu menghantuiku saat ini. Andai kau tahu.
Memang ingin kutunjukan pada dunia!
Bahwa pernah kujadi orang terdekatmu. Tapi semua kini semu. Hanya bayang dan
cerita masa lalu. Kau hantuiku dengan keburukanmu sekarang. Dan andai kau tahu,
kuingin semuanya kembali.
Irene Ayu
Irene Ayu
Kau hanya tak pernah melihatku. Jika saja sejenak kau tinggalkan malam. kau pasti akan menemukanku. Pada senjalah aku menitipkan rindu itu. Ia terus-menerus memanggilmu namun tak sedikit pun kau hiraukan ia. Suaranya tak menggema seperti malam karena ia begitu bersahaja. Cintaku padamu sungguh sederhana, sama seperti sederhananya perpaduan warna senja. Cintaku tak pernah menuntut. Karena aku tahu ini kisah cinta anak manusia bukanlah pengadilan. Maukah kau menutup pintumu untuk malam?
Dewi Lilianne
Aku berusaha… Aku sabar… Aku tegar… Jika
memang kau akhirnya denganku, mengapa senja yang kau pilih jadi kuncimu? Kunci
untuk meraih arti dirimu sejati. Berulang kali kubunuh waktu, menutup kenyataan
akan dirimu. Tapi apa daya? Hanya tempat ini, hanya benda ini dan hanya hati
ini saksi bisu perjalanan. Kuingin buta akan dirimu, buta akan kenangan lalu.
Tapi hatiku selalu berbisik, kamu untukku. Kumohon… Jangan hantuiku lagi, jikalau
dirimu benci mengenalku. Karena sesungguhnya itu teramatlah sakit kupikul.
Kututup malam ini sebabmu.
Irene Ayu
Mengapa kamu tegar? Mengapa kau bersabar? Apakah aku yang memintamu? Maaf jika aku selalu menghantuimu namun bukan itu yang kumau. Aku tidak pernah ingin membuatmu menunggu. Aku juga tak ingin kau sedih. Yang kuingin hanya lupakan aku secepat kau mengenalku. Simpan saja ceritanya dalam puisi.
Dengar, aku titipkan seluruh curahan hatiku
pada senja karena ia adalah teman yang baik. Ia tak pernah mengeluh. Ia
menerima ketika waktunya lebih singkat dari malam dan pagi. Waktunya sesingkat
hidupku. Ia diam ketika ia tak miliki wanita secantik dirimu. Aku beruntung
bersahabat dengan senja. Kenali saja dia, cinta.
Dewi Lilianne
Aku
akan selalu disini menantimu. Memulai bersahabat dengan mentari. Kubuka tangan
untuk menggapaimu, kubuka hati untuk mencintaimu dan kubuka pikiran untuk
mendengar bisikmu. Mudahnya ucapanmu semudah kubalikkan telapak ini. Tak mudah
kuhapus semuanya. Tak mudah kudustai perkenalan kita. Kusimpan dengan cinta
tepat hanya di hati ini. Untung tak bisa kuraih, malang berlari mendekatiku.
Mungkin itulah cerita senjaku saat ini. aku benci keangkuhanmu dan aku bangga
walau hanya bisa menjadi bagian masa lalumu.
Irene Ayu
Irene Ayu
Aku tak pernah inginkan perpisahan sama
denganmu. Tak inginkan juga perkenalan kita. Jika aku boleh meminta, aku ingin
lahir dari rahim yang lain. Kau boleh saja sebutku angkuh, aku takkan marah.
Karena justru itulah yang kuinginkan. Lebih baik kau melupakanku dari pada
harus kulihat kau menangis untukku. Berteman saja dengan mentari karena esok ia
yang akan menemanimu. Hidupku sesingkat senja dan aku tahu mentari akan terus
menemanimu.
Dewi
Lilianne
Aku
tak bisa menjadi kuat. Aku tak bisa menjadi pohon tegak. Aku tak bisa hidup sendiri.
aku sama seperti dirimu atau yang lainnya. Tak ingin apapun jika pada akhirnya
akan berlanjut dalam kepedihan. Aku tahu, aku paham. Ada pertemuan jika ada
perpisahan. Tak akan kusesali semua ini. Mengenalmu adalah sesuatu yang indah
bagiku. Tapi aku tahu dirimu mungkin terjerat dalam rasa bersalah. Kesalahan
telah mengenal sosok diriku. Kan kutanyakan pada sahabat baruku, Mentari!
Dialah yang mengetahui apa yang ada pada dirimu sesungguhnya.
Irene Ayu
Irene Ayu
Seperti apa sosok mentari? Ia kah yang
selama ini kau suruh mengikutiku? Aku hanya tak ingin kau terluka ketika pada
akhirnya kau tahu rasa bersalahku lebih besar bentuknya dari pada sebuah hati.
Benarkah ada cinta itu padamu? Bolehkah kuminta kau lupakan saja? Tak usah kau
ingat rindu yang kutitipkan pada senja, mungkin malam sudah merenggutnya. Tak
usah pula kau tanyakan pada mentari karena jawabannya akan menyakitkan.
Dewi
Lilianne
Kau buat rapuh ketika jiwaku kembali
bangkit. Kau buat kenyataan pahit detik ini juga. Satu jam tak sampai
kuberjalan bersama mentari. Kupelajari arti dirimu yang jujur. Tapi kembali kau
buat lagi malam menghipnotisku seketika. Kau rubah mimpi indahku menjadi lebih
dari sekedar mimpi buruk. Aku tahu maksud dirimu. Kau inginkan ku enyah dari
kebahagiaanmu sekarang. kuturuti inginmu demi kulihat senyum lebar berhias di
wajahmu. Kembali kujmput malam, itu sebabmu.
Irene Ayu
Kau selalu saja menyalahkanku. Tak bisakah
kau lihat semua sisinya? Aku mencintaimu sekaligus tak inginkanmu. Di tempat
lain di suga sana, kita akan bersama. Aku berjanji. Kau harus percaya hanya kaulah
satu-satunya gadis terelok. Kaulah yang menaklukan segumpal darah dalam diriku.
Kaulah itu, namun apa daya ku tak mampu, aku tak pernah inginkanmu.
Dewi Lilianne
Lama ini kujalani sepiku sendiri.
Bertahun-tahu aku dihahtui baying-bayang akan dirimu. Aku benci harus
membencimu. Tapi kini harus kulakukan itu. Kau berbeda dari tahun-tahun lalu.
mendadak kau sesakkan hati ini atas tingkah dan perkataanmu. Hatimu sudah tertutup
atas kabut keangkuhan serta keegoisan. Cintaku hilang. Cintaku musnah.
Seandainya terulang kembali saat pertemuan kita. Indahnya keramahanmu,
meluluhkan hatiku. Kutahu, aku memang harus tinggalkan hatimu.
Irene Ayu
Maaf jika pada akhirnya kamu yang terluka.
Satu yang perlu kau tahu aku tak berharap cinta itu ada namun ia tumbuh
sebegitu cepatnya. Aku tak inginkan dirimu tapi aku mencintaimu. Untuk itu
jadilah saja sahabatku agar aku mampu terus menjagamu.
Dewi Lilianne
Kamilah si Hobby menulis itu. Kamilah yang terus belajar menulis fiksi.
Dewi Lilianne dan Irene Ayu
No comments:
Post a Comment