Aku bersama
dengannya sekian tahun. Sebagai teman, hanya teman.sesungguhnya aku telah
merasakan perasaan lain sejak pertama kali kami berkawan. Jauh hari sebelum
hari ini. kau tahu apa yang menyebabkanku jauh darinya hari ini? Apa yang
membuatku hanya mampu memandanginya dari surga? Kado istimewa, jawabannya.
Hari ulang
tahunnya tanggal 12. Aku ingat jelas tanggal itu walau kini aku tidak merayakan
lagi bersamanya. Dulu sebuah acara yang tidaklah mewah namun sangat nyaman
diadakan untuk merayakan hari itu. Aku merasa aku adalah bagian keluarganya,
aku sangat bahagia berada ditengah-tengah mereka. Ya, itulah yang kurasakan di
tanggal 12.
Di hari
bahagianya aku justru tidak memberinya hadiah. Bukan karena tak kupunya uang
namun lebih karena aku tidak tahu hadiah apa yang dia inginkan.
Berminggu-minggu
kupikirkan satu buah kado yang istimewa tapi tak juga kutemukan yang paling
istimewa. Jadilah ketika aku dan dia duduk berdua menyantap masakan lezat
buatan ibunya, aku bertanya,
“apa yang harus kuberikan untukmu
sebagai kado?”
Dia
berpikir sejenak, lalu dengan senyum yang selalu membuatku kehilangan
kata-kata, ia menjawab,
“aku hanya ingin hatimu”
Sejujurnya
aku tidak mengerti maksud dari permintaannya tersebut dan akupun telah
kehilangan kata-kata untuk bertanya, ya seperti kataku tadi senyumnya itu yang
telah membiusku. Jadi kuputuskan untuk mengangguk saja tanda bahwa aku
mengerti.
Esok
harinya, kupinta ibuku untuk mengantarkan kado istimewaku ke rumahnya. Bukan,
bukan karena aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa aku akan ditolak kawan.
Tapi
justru karena aku sudah tidak mampu bernafas. Hari Rabu, tanggal 13, hatiku
telah kuserahkan padanya sebagai kado istimewa.

No comments:
Post a Comment