Pengintip

Thursday, January 26, 2012

Kado Teristimewa




Aku bersama dengannya sekian tahun. Sebagai teman, hanya teman.sesungguhnya aku telah merasakan perasaan lain sejak pertama kali kami berkawan. Jauh hari sebelum hari ini. kau tahu apa yang menyebabkanku jauh darinya hari ini? Apa yang membuatku hanya mampu memandanginya dari surga? Kado istimewa, jawabannya.

Hari ulang tahunnya tanggal 12. Aku ingat jelas tanggal itu walau kini aku tidak merayakan lagi bersamanya. Dulu sebuah acara yang tidaklah mewah namun sangat nyaman diadakan untuk merayakan hari itu. Aku merasa aku adalah bagian keluarganya, aku sangat bahagia berada ditengah-tengah mereka. Ya, itulah yang kurasakan di tanggal 12.

Di hari bahagianya aku justru tidak memberinya hadiah. Bukan karena tak kupunya uang namun lebih karena aku tidak tahu hadiah apa yang dia inginkan.

Berminggu-minggu kupikirkan satu buah kado yang istimewa tapi tak juga kutemukan yang paling istimewa. Jadilah ketika aku dan dia duduk berdua menyantap masakan lezat buatan ibunya, aku bertanya,
“apa yang harus kuberikan untukmu sebagai kado?”

         Dia berpikir sejenak, lalu dengan senyum yang selalu membuatku kehilangan kata-kata, ia menjawab,
“aku hanya ingin hatimu”

        Sejujurnya aku tidak mengerti maksud dari permintaannya tersebut dan akupun telah kehilangan kata-kata untuk bertanya, ya seperti kataku tadi senyumnya itu yang telah membiusku. Jadi kuputuskan untuk mengangguk saja tanda bahwa aku mengerti.

        Esok harinya, kupinta ibuku untuk mengantarkan kado istimewaku ke rumahnya. Bukan, bukan karena aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa aku akan ditolak kawan. 

        Tapi justru karena aku sudah tidak mampu bernafas. Hari Rabu, tanggal 13, hatiku telah kuserahkan padanya sebagai kado istimewa. 


No comments:

Post a Comment